Need help now? Call for a same-day consultation
- 0821-9006-5400
- lingkarcatrakomunika@gmail.com
Public relations (PR) mungkin terdengar seperti profesi modern. Namun, tahukah Anda bahwa praktik yang mendasari PR sebenarnya sudah ada sejak lama?
Para ahli berdebat mengenai awal mula sejarah public relations di Indonesia. Beberapa berpendapat bahwa PR sudah muncul sejak peradaban kuno.
Misalnya, tindakan Raja Mataram di Indonesia yang menyatakan dirinya dilindungi oleh Ratu Pantai Selatan untuk mendapatkan dukungan rakyat dapat dilihat sebagai upaya membangun citra positif.
Meskipun demikian, praktik PR yang lebih sistematis diyakini baru muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Tokoh kunci dalam perkembangan sejarah public relations di Indonesia modern adalah Ivy Ledbetter Lee. Pada tahun 1906, Lee menangani krisis yang dialami industri batu bara di Amerika Serikat. Ia memelopori pendekatan keterbukaan informasi dengan jujur menyampaikan kondisi perusahaan kepada publik.
Langkah Lee ini terbilang berani pada masanya, di mana perusahaan-perusahaan cenderung menutupi informasi negatif. Keberhasilan Lee dalam menangani krisis tersebut membuatnya dijuluki sebagai “Bapak Public Relations”.
Penggunaan istilah Public Relations (PR) di Indonesia berubah menjadi Hubungan Masyarakat (Humas). Munculnya istilah Humas diperkirakan terjadi pada tahun 1950-an.
Meski demikian, jejak praktik yang mirip dengan PR sudah terlihat jauh sebelumnya. Salah satu contohnya adalah keputusan Presiden Soekarno untuk memberikan keterangan pers tentang pemilihan presiden sebelum perumusan UUD pada tahun 1945. Tindakan tersebut dapat dilihat sebagai upaya membangun komunikasi dengan publik.
Sejarah public relations pada masa Orde Lama, peran Humas di Indonesia lebih banyak difokuskan pada penyebaran informasi pemerintah. Humas berperan sebagai corong pemerintah untuk menyampaikan kebijakan dan program kepada masyarakat.
Namun, pada masa ini praktik Humas belum berkembang secara profesional. Berikut adalah beberapa ciri-ciri perkembangan Humas di Era Orde Lama:
Humas pada masa Orde Lama lebih banyak berfokus pada penyebaran informasi pemerintah kepada masyarakat. Informasi yang disampaikan umumnya bersifat satu arah, yaitu dari pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat tidak memiliki banyak kesempatan untuk memberikan masukan atau pertanyaan.
Praktik Humas pada masa Orde Lama belum berkembang secara profesional. Belum ada organisasi profesi Humas dan pendidikan formal untuk bidang ini. Para praktisi Humas umumnya berasal dari latar belakang jurnalistik atau ilmu politik.
Humas pada masa Orde Lama menggunakan media tradisional seperti surat kabar, radio, dan televisi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media sosial belum berkembang pada masa ini.
Humas memiliki peran strategis dalam politik pada masa Orde Lama. Humas digunakan untuk mendukung kebijakan pemerintah dan membangun citra positif pemimpin.
Kebebasan pers dibatasi pada masa Orde Lama. Hal ini berdampak pada peran Humas. Humas tidak bisa secara bebas menyampaikan informasi kepada masyarakat. Mereka harus berhati-hati dalam menyusun informasi agar tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
Salah satu contoh kasus Humas di Era Orde Lama adalah ketika pemerintah menjalankan program “Berdikari”. Humas berperan dalam menyampaikan informasi tentang program ini kepada masyarakat. Humas juga digunakan untuk meyakinkan masyarakat agar mendukung program tersebut.
Meskipun Humas pada masa Orde Lama belum berkembang secara profesional, Humas memiliki peran penting dalam membantu pemerintah untuk mencapai tujuannya. Humas berkontribusi dalam membangun komunikasi dengan masyarakat dan membangun citra positif pemerintah.
Memasuki era Orde Baru (1966-1998), peran Humas mulai berkembang. Pada tahun 1962, dibentuk Presidium Kabinet yang dipandang sebagai cikal bakal terbentuknya Humas secara resmi di lingkungan pemerintahan.
Kemudian, pada tahun 1967 dibentuk Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (BAKOR HUMAS). Lembaga ini berfungsi sebagai wadah koordinasi antar Humas departemen atau lembaga tinggi negara.
Puncaknya, pada tahun 1973 didirikan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS). Organisasi inilah yang berperan penting dalam profesionalisasi Humas di Indonesia. PERHUMAS menyusun kode etik dan menyelenggarakan pendidikan serta pelatihan untuk para praktisi Humas.
Setelah runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, Indonesia memasuki era reformasi. Era ini ditandai dengan demokratisasi dan kebebasan pers.
Perubahan situasi politik ini berdampak pada peran Humas. Humas tidak lagi sekadar menjadi corong pemerintah, tetapi dituntut untuk membangun komunikasi dua arah yang lebih transparan dan akomodatif terhadap aspirasi publik.
Baca Juga : 6 Ruang Lingkup Humas Dalam Membangun Hubungan yang Efektif
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa tantangan dan peluang baru bagi dunia Humas. Munculnya media sosial membuat masyarakat semakin kritis dan informasi menyebar dengan cepat.
Para praktisi Humas harus beradaptasi dengan perubahan landskap media ini. Mereka dituntut untuk memanfaatkan media sosial secara efektif untuk membangun hubungan dengan publik dan mengelola citra organisasi.
Meskipun Humas di Indonesia telah berkembang pesat, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang peran dan fungsi Humas.
Masyarakat masih sering menyamakan Humas dengan kegiatan kehumasan pemerintah, seperti propaganda dan publisitas. Hal ini membuat Humas sulit untuk mendapatkan kepercayaan publik.
Tantangan lainnya adalah ketatnya persaingan dalam memperebutkan perhatian publik. Di era digital ini, informasi menyebar dengan cepat dan mudah diakses oleh publik. Para praktisi Humas harus mampu menciptakan konten yang kreatif dan menarik agar dapat menonjol di antara lautan informasi.
Meskipun terdapat berbagai tantangan, masa depan Humas di Indonesia terlihat cerah. Peran Humas semakin strategis dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuannya.
Dengan terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman, Humas akan menjadi profesi yang semakin diperlukan dan dihormati di masa depan.
Public relations atau Hubungan Masyarakat (Humas) telah menempuh perjalanan panjang di Indonesia. Dari praktik di masa lalu hingga perkembangan pesatnya di era digital, Humas terus memainkan peran penting dalam membangun hubungan antara organisasi dan publik.
Di masa depan, Humas akan semakin strategis dan diperlukan dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Para praktisi Humas perlu terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman agar dapat berhasil dalam bidang ini.